Menurut Robbins dan Judge (2009), persepsi (perception) diartikan sebagai cara individu menganalisis dan mengartikan pengamatan indrawi mereka dengan tujuan untuk memberikan makna terhadap lingkungan sekitar mereka. Seorang individu akan memandang segala sesuatu dengan persepsi mereka sendiri yang mungkin saja berbeda dengan persepsi orang lain.
Ada beberapa faktor yang dianggap mempengaruhi pembentukan persepsi seseorang, yaitu :
- Faktor Penerima Persepsi (receiver), berupa sikap individu, kesukaan, motif individu, pengalaman, dan penghargaan.
- Faktor Target yang dipersepsikan, berupa suara, ukuran, gerakan, latar belakang, dan kesamaan.
- Faktor Situasi, berupa waktu, tempat, dan kondisi social ketika proses penganalisaan terjadi.
Salah satu teori yang mencoba menjelaskan mengapa persepsi manusia berbeda-beda terhadap suatu hal adalah teori atribusi (attribution theory). Teori ini menjelaskan ketika seorang individu mengamati sebuah perilaku, mereka mencoba menentukan apakah perilaku tersebut disebabkan oleh internal diri si individu ataukah disebabkan oleh factor eksternal. Dari sinilah kemudian seseorang mendasarkan penilaian terhadap perilaku individu.
Konsep Persepsi
Persepsi Seseorang artinya bagaimana persepsi yang dibuat oleh individu tentang individu yang lainnya. Persepsi seseorang ini dipengaruhi oleh :
1. Homo Valens
Manusia adalah mahluk yang berkeinginan atau memiliki keinginan. Dalam diri manusia semua perilaku manusia baik yang nampak (gerakan otot) maupun yang tersembunyi (pikiran) disebabkan oleh peristiwa mental sebelumnya. Baik yang kita sadari dan tidak kita sadari namun bisa dengan mudah kita akses(preconscious) dan ada yang sulit kita akses untuk dibawa ke alam bawah sadar(unconscious). Dalam pikiran manusia 82% dikendalikan oleh pikiran alam bawah sadar, 12% pikiran sadar dan 6% faktor lain. Di alam bawah sadar individu terdapat dua struktur mental yang bisa diibaratkan sebagai gunung es dari kepribadian kita, yaitu:
- Id, atau yang disebut primary process thingking atau yang dikenal dengan EQ (Emotional Quotient) yaitu berisi energi psikis, yang hanya memikirkan kesenangan semata.
- Superego, atau yang dikenal dengan SQ (SpiritualQuotient ) yaitu berisi kaidah moral dan nilai-nilai sosialyang diserap individu dari lingkungannya.
- Ego, atau yang disebut secondary process thingking atau yang dikenal dengan IQ (Inteligents Quotient) yaitu sebagai pengawas realitas.
contoh :
- Anda adalah seorang bendahara yang diserahi mengelola uang sebesar 1 miliar Rupiah tunai. Id mengatakan pada Anda: “Pakai saja uang itu sebagian, toh tak ada yang tahu!”. Sedangkan ego berkata:”Cek dulu, jangan-jangan nanti ada yang tahu!”. Sementara superego menegur:”Jangan lakukan!”.
- Pada masa anak-anak, kita dikendalikan sepenuhnya oleh id kita, jika tidak mendapatkan sesuatu mereka akan memuaskan kebutuhannya mereka dengan mencari pengganti seperti(bayi akan mengisap jempolnya jika tidak mendapat dot misalnya). Terkadang pada orang dewas muncul sikap seperti primary process thingking yaitu mencari pengganti pemuas keinginan contohnya menendang tong sampah karena merasa jengkel akibat dimarahi bos kantor. Ego atau secondary process thingking berkembang pada saat anak – anak memasuki dewasa contohnya manusia sudah dapat menangguhkan pemuasan keinginannya (sikap untuk memilih tidak jajan demi ingin menabung misalnya).
2. Adanya Teori Hubungan
Artinya suatu usaha ketika individu mengamati perilaku untuk menentukan apakah hal ini disebabkan secara internal atau eksternal.
- Prilaku yang disebabkan secara internal adalah prilaku yang dipengaruhi oleh kendali pribadi seorang individu.
- Prilaku yang disebabkan secara eksternal adalah prilaku yang dipengaruhi oleh sebab–sebab dari luar pribadi individu seperti individu dipaksa untuk berprilaku demikian oleh situasi.
Misalnya :
jika karyawan datang terlambat, dan atasan mengasumsikan bahwa karyawan tersebut bangun kesiangan karna menghadiri pesta sampai larut malam, atau menyelesaikan pekerjaan hingga larut malam atau nonton pertandingan bola sampai laurut malam, ini disebut sebagai hubungan internal, tetapi jika keterlambatan tersebut disebabkan oleh kemacetan lalulintas karna kecelakaan ini disebut sebagai hubungan eksternal.
3. Persepsi Selektif
Adalah menginterprestasikan secara selektif apa yang dilihat seseorang berdasarkan minat, latar belakang, pengalaman dan sikap seseorang. Misalnya kita hanya memperhatikan sesuatu yang sama dengan apa yang kita miliki.
4. Efek Halo
Efek halo adalah membuat sebuah gambaran umum tentang seorang individu berdasarkan sebuahkarakteristik. Misalnya kepandaian, keramahan, atau penampilan seperti mahasiswa memberikan penilaian terhadap dosen mereka oleh karena dosen tersebut pendiam walaupun pandai dan sangat cakap maka mahasiswa menilai dosen rendah.
5. Efek Kontras
Efek kontras adalah eveluasi tentang karakteristik seseorang yang dipengaruhi oleh perbandingan dengan orang lain yang baru ditemui, yang mendapatkan nilai lebih tinggi atau lebih rendah untuk karakteristik yang sama. Misalnya seorang pelamar yang memiliki kemampuan menengahmendapatkan evaluasi yang kurang baik dibandingkan dengan pelamar yang memiliki kemampuan yang unggul.
6. Proyeksi
Proyeksi adalah menghubungkan karakteristik diri sendiri dengan individu yang lain. Misalnya pada saat kita menginginkan tantangan dan tanggung jawab dalam pekerjaan kita, kita juga mengasumsikan bahwa indvidu lain juga meninginkan hal yang sama atau pada saat kita menganggap diri kita jujur dan dan bisa dipercaya, maka kita juga mengasumsikan hal yang sama terhadap orang lain.
7. Pembentukan Stereotip
Ini terjadi ketika penilaian yang kita berikan didasrkan pada kelompok tempat orang tersebut, bukan didasarkan pada individunya sendiri.
Misalnya :
- pada saat terjadi bom bali, banyak orang beranggapan bahwa semua muslim adalah teroris sehingga bagi negara2 tertentu sangat proteksi terhadap muslim.
- Pekerja–pekeraja asia merupakan pekerjas keras dan selalu berhati–hati.
- Lulusan lembaga pendidikan atau perguruan tinggi tertentu lebih diterima dari pada lembaga pendidikan atau perguruan tinggi lainnya
Konsep Sikap dan Kepuasan Kerja
Nilai
Nilai adalah keyakinan dasar akan segala sesuatu yang dianggap baik dan benar. Robbins dan Judge (2009) membagi nilai menjadi dua, yaitu nilai instrumental dan nilai terminal. Nilai instrumental adalah nilai-nilai yang dianut dalam berperilaku untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Sementara nilai terminal adalah nilai-nilai dari suatu tujuan yang dianggap baik dan ingin dicapai. Contoh nyatanya misalkan : saya ingin menjadi pintar (nilai terminal), oleh karena itu saya harus rajin belajar (nilai instrumental).
Sifat - sifat nilai :
- Nilai itu suatu realitas abstrak dan ada dalam kehidupan manusia. Nilai yang bersifat abstrak tidak dapat diindra. Hal yang dapat diamati hanyalah objek yang bernilai itu.Misalnya, orang yang memiliki kejujuran. Kejujuran adalah nilai,tetapi kita tidak bisa mengindra kejujuran itu. Yang dapat kita indra adalah kejujuran itu.
- Nilai memiliki sifat normatif, artinya nilai mengandung harapan, cita-cita, dan suatu keharusan sehingga nilai nemiliki sifat ideal (das sollen). Nilai diwujudkan dalam bentuk norma sebagai landasan manusia dalam bertindak. Misalnya, nilai keadilan. Semua orang berharap dan mendapatkan dan berperilaku yang mencerminkan nilai keadilan.nilai terminal suatu.
- Nilai berfungsi sebagai daya dorong/motivator dan manusia adalah pendukung nilai.Manusia bertindak berdasar dan didorong oleh nilai yang diyakininya. Misalnya, nilai ketakwaan. Adanya nilai ini menjadikan semua orang terdorong untuk bisa mencapai derajat ketakwaan.
Nilai akan berbeda-beda pada diri setiap individu, tetapi Hofstede mempunyai sebuah kerangka umum yang menyatakan bahwa nilai itu bisa dilihat dari lima dimensi yang terdapat di hampir semua masyarakat di dunia. Lima dimensi tersebut adalah :
- Rentang kekuasaan (power distance), yaitu sejauh mana sebuah masyarakat menerima bahwa kekuasaan itu tidak merata. Masyarakat dengan rentang kekuasaan tinggi cenderung memiliki rentang yang lebar yaitu seseorang bisa sangat berkuasa dan orang lain bisa sangat tidak berkuasa. Sementara masyarakat dengan rentang kekuasaan rendah memiliki rentang kekuasaan yang kurang lebih sama.
- Individualisme dan kolektivisme. Individualism berarti bahwa seorang individu lebih memilih untuk bertindak sendiri dibandingkan dengan bertindak secara bersama-sama. Sedangkan kolektivisme merupakan kebalikannya.
- Maskulinitas dan femininitas. Maskulinitas berarti masyarakat memberikan penilaian lebih terhadap kekuasaan, control, dan prestasi serta memberikan penghargaan tinggi terhadap materi. Maskulinitas dengan jelas membedakan peran antara laki-laki dan perempuan. Sedangkan femininitas adalah kondisi masyarakat yang lebih menghargai persamaan antara peran laki-laki dan perempuan.
- Penghindaran terhadap ketidakpastian, suatu kondisi sejauh mana masyarakat merasa terancam oleh adanya ketidakpastian.
- Orientasi jangka pendek dan jangka panjang yaitu suatu kondisi apakah masyarakat lebih menghargai masa kini atau masa depan.
Sikap (attitude)
Sikap atau attitude diartikan sebagai pernyataan evaluasi atau penilaian terhadap suatu objek, orang atau peristiwa. Sikap berbeda dari perilaku. Sikap masih berupa penilaian abstrak. Penilaian tersebut menjadi kongkrit dalam perilaku. Misal kita mempunyai sikap bahwa korupsi itu tidak baik, penilaian kita tersebut menjadi nyata ketika kita mewujudkan sikap tersebut ke dalam perilaku tidak melakukan korupsi. Robbins dan Judge (2009) mengungkapkan ada tiga komponen yang membangun sikap, yaitu :
- Komponen Kognitif. Komponen ini merupakan komponen inti dari sikap yang berupa penjelasan atau kepercayaan tentang suatu hal.
- Komponen Afektif. Merupakan komponen sikap yang bersifat emosional atau bagaimana seseorang merasakan sesuatu hal. Seperti apakah ia merasa senang atau tidak.
- Komponen Perilaku. Yaitu intense untuk berperilaku tertentu terhadap seseorang atau suatu hal yang didasarkan pada keyakinan dan perasaan yang dimiliki individu terhadap seseorang atau suatu hal tersebut.
Tiga komponen sikap tersebut memberikan pemahaman bahwa sikap individu dibentuk oleh kognisi dalam menggunakan rasio yang dikombinasikan dengan kekuatan emosi yang akan mendorong seseorang individu untuk menunjukkan perilaku tertentu.
Kepuasan Kerja
Kepuasan kerja diartikan sebagai sikap individu terhadap pekerjaannya. Seseorang yang memiliki kepuasan kerja tinggi akan memiliki sikap yang positif terhadap pekerjaannya. Begitu pula sebaliknya, orang yang tidak puas akan memiliki sikap yang negative terhadap pekerjaannya.
Kepuasan kerja seseorang dapat diukur dengan menggunakan pendekatan summation score. Pendekatan ini mencoba mengukur kepuasan kerja seseorang dilihat dari enam elemen kunci pekerjaan, yaitu : pekerjaan saat ini, atasan, teman sekerja, gaji yang diperoleh, kesempatan promosi dan pekerjaan secara umum. Individu diminta merespon keenam hal tersebut apakah ia merasa puas ataukah tidak. Respon-respon tersebut kemudian dijumlahkan untuk mengetahui tingkat kepuasan kerja secara keseluruhan.
Kepuasan kerja memiliki pengaruh dan dampak-dampak terhadap tingkat produktivitas, tingkat absensi dan tingkat turnover.
Konsep Stres
Stress adalah suatu perasaan tertekan yang dialami seseorang karena adanya Ketidakpastian atau Opportunity. Hal ini akan disertai dengan suatu kegagalan (frustrasi) atau keberhasilan (sukses).Pengaruh Stress : Kontruktif --- Destruktif .
- Kontruktif adalah stress yang memberikan dampak positif atau yang bersifat membangun seperti kemampuan adaptasi, tingkat performance yang tinggi.
- Destruktif adalah stress yang memberikan dampak negatif atau merusak jika tidak adanya daya tahan mental individu terhadap beban yang dirasakan.
Gejala – Gejala Stress :
- Gejala Fisik seperti nafas memburu, mulut & kerongkongan kering, tangan lembab, merasa panas/gerah, otot menegang, gangguan pencernaan, sakit kepala dan gelisah.
- Gejala perilaku umum seperti perasaan cemas, sedih, jengkel, mudah tersinggung, salah paham, tidak menarik, dan tidak bersemangat, merasa tidak berharga mengakibatkan kesulitan dalam bepikir, konsentrasi, sulit dalam mengambil keputusan, hilangnya minat terhadap orang lain, hilangnya kreatifitas dan hilangnya gairah dalam berpenampilan.
- Gejala ditempat Kerja seperti kepuasan kerja rendah, kinerja menurun, komunikasi tidak lancar, kreatifitas dan inovasi menurun, serta bergulat pada tugas – tugas yang tidak produktif.
Sumber Stres Ditempat Kerja
- Kondisi dan situasi pekerjaan
- Pekerjaannya (faktor yang berkaitan dengan tugas)
- Job requirement seperti status pekerjaan dan karir yang tidak jelas
- Hubungan interpersonal
Kondisi Dan Situasi Pekerjaan
- Beban kerja berlebihan secara kuantitatif
- Beban kerja berlebihan secara kualitatif
- Keputusan yang dibuat oleh seseorang
- Bahaya fisik
- Jadwal bekerja
Kondisi Atau Konsekuensi Yang Akan Muncul :
- Kelelahan mental dan/atau fisik
- Kelelahan yang amat sangat dalam bekerja (burnout)
- Meningkatnya kesensitivan dan ketegangan
Pekerjaan :
- Struktur yang kaku dan tidak bersahabat
- Pertempuran politik
- Pengawasan dan pelatihan yang tidak seimbang
- Ketidakterlibatan dalam membuat keputusan
Kondisi Dan Konsekuensi Yang Ditimbulkan :
- Menurunnya motivasi dan produktivitas
- Ketidakpuasan kerja
Job Requirement Seperti Status Pekerjaan Dan Karir Yang Tidak Jelas
- Promosi ke jabatan yang lebih rendah dari kemampuannya
- Promosi ke jabatan yang lebih tinggi dari kemampuannya
- Keamanan pekerjaannya
- Ambisi yang berlebihan sehingga mengakibatkan frustrasi
Kondisi Atau Konsekuensi Yang Ditimbulkan :
- Menurunnya produktivitas
- Kehilangan rasa percaya diri
- Meningkatkan kesensitifan dan ketegangan
- Ketidakpuasan kerja
Hubungan Interpersonal
- Hasil kerja dan sistem dukungan sosial yang buruk
- Persaingan politik, kecemburuan dan kemarahan
- Kurangnya perhatian manajemen terhadap karyawan
- Mencampurkan masalah pekerjaan dengan masalah pribadi
- Kurangnya dukungan dari pasangan hidup
- Konflik pernikahan
- Stres karena memiliki dua pekerjaan
Kondisi Atau Konsekuensi Yang Ditimbulkan :
- Meningkatnya ketegangan
- Meningkatnya tekanan darah
- Ketidakpuasan kerja
- Meningkatnya konflik dan kelelahan mental
- Menurunnya motivasi dan produktivitas
- Meningkatnya konflik pernikahan